Tuesday, April 5, 2016

BUKAN CERPEN : Jarak - Kamu jangan berubah ya.

"Aku mau minggu depan kamu kesini dong."
"Maaf, aku ga bisa. Disini masih terlalu banyak kerjaan yang musti aku beresin."
"Jadi kapan kita bisa ketemu ?"
"Sabar dong. Emangnya aku tuh kayak kamu, gak punya beban, gak punya kerjaan, bebas mau ngapain aja, aku tuh gak bisa kayak gitu."
"Kok kamu jadi ngatain aku kayak gitu sih ?"
"Aku bukannya ngatain kamu. Tapi emang kita itu beda."
"Iya aku tau kita beda. Tapi gak usah sampe ngungkit-ngungkit masalah 'bebas-ngapain-aja' dong. Aku juga masih kuliah, masih banyak tugas, makalah, project."
"Tuh tau"
"Tapi aku tuh kangen sama kamu. Aku tuh pengen ketemu kamu."
"Yaudah"
"Yaudah apa?"
"Gini deh aku tanya. Kalo kita ketemu, terus kamu mau apa ? kita mau ngapain emangnya ?"
"Kok kamu nanya kayak gitu ?"
"Jawab aja dulu."
"Yaaa, aku mau kita ketemu, makan bareng, ngobrol bareng, seenggaknya kita bisa lebih bebas dan ga sekedar ngobrol lewat telepon kayak gini."
"Gitu aja ?"
"Itu bukan sekedar 'gitu aja' buat aku. Ketemu kamu itu setahun belum tentu sekali. Sekarang giliran minggu depan ada hari libur, kamu malah ga ada waktu buat aku."
"Aku udah bilang aku sibuk."
"Kamu tu egois tau gak..."
"Kamu yang egois !"
"..............."
"Kenapa diem ?"
"Aku kangen kamu. Itu doang kok. Maaf kalo aku egois"
"Tuh kan malah ngomong gitu, seolah-olah jadi aku yang salah. Yaudah gini, kamu aja yang kesini. Gimana ?"
"Aku cewek, aku masih kuliah. Jarak kita tuh ga sedeket itu."
"Itu kamu tau. Aku bisa ngertiin kondisi kamu. Dan kondisi aku tuh juga kurang lebih sama kayak kamu, jadi plis ngertiin aku juga."
"Kamu ngerti gak sih arti kangen ?"
"Aku tau...."
"Kamu pernah gak sih ngerasain kangen juga sama aku?"
"Aku....."
"Apa disini cuma aku yang terlalu bodoh menaruh rasa ini ke kamu sedangkan dalam jarak ini hanya aku yang berjuang ?"
"Ri, dengerin aku. Berhenti nangis."
"................"
"Kalo aku ga berjuang juga demi kamu, aku ga bakal tahan, ga bakal rela ngeladeni ocehan ga penting kamu tiap malem kayak gini."
"Kamu bilang ini ocehan ga penting?"
"Bukan itu intinya. Yang pasti, aku disini walaupun jauh dari kamu, walaupun ada jarak diantara kita, kamu masih tetap yang ada dihati aku. Bukan orang lain."
"Beribu kali aku udah denger omongan itu. Telinga aku panas tau"
"Tapi kamu percaya gak ?"
"Aku pengen banget untuk percaya. Tapi setiap kali jarak semakin jauh, waktu terus berlalu, aku jadi capek sendiri. Pikiran aku udah kemana-mana tentang kamu. Kamu cuma anggap aku adik lah, kamu ketemu orang lain yang lebih baik dari aku lah, kita ga bakalan ketemu lagi............."
"Gimana supaya kamu berhenti berpikir kayak gitu ?"
"Aku pengen kamu kesini, minggu depan. Luangin waktu buat aku."
"Selain itu."
"........................."
"Ilangin deh sifat kekanak-kanakan kamu yang pengennya cuma ketemu doang."
"Aku pengen......."
"Apa ?"
"Aku pengen kita terus kayak gini. Aku pengen kamu terus yakinin aku kayak gini. Aku pengen kamu jangan berubah. Dan....."
"Dan apa ?"
"Dan aku bakalan nunggu kamu sampe kamu kembali."
"Ri, aku janji aku ga bakalan berubah. Aku pasti kembali buat kamu. Tapi aku pengen kamu sabar."
"....................."
"Aku sayang kamu, Ri"

Seandainya di balik jarak yang terbentang luas ini, rajutan kasih yang telah ada tetaplah begini, aku yakin jarak seluas apapun, waktu yang selama apapun takkan berarti. 
Karena sebenarnya bukan jarak dan waktu yang memupuskan harapan dan memusnahkan rajutan kasih, tapi perubahan. 
Untuk kamu, jangan berubah ya. 

No comments:

Post a Comment