Saturday, December 10, 2016

Si Jago Merah di Tanah Xaverius

Awalnya otak, hati, segenap jiwa dan raga masih terpaku dan diombang-ambing dengan ketidakpastian akan materi matematika, integral. Seisi kelas bahkan menatap papan tulis dengan tatapan nanar, berharap bel pulang segera berbunyi. Aku melirik sekilas ke jam tangan. Masih 40 menit lagi sampai jam pelajaran keenam berakhir, sekaligus akhir kegiatan belajar mengajar untuk Sabtu itu.
Kala itu, salah satu temanku maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal.
Dan mulai dari detik itu, detik dimana temanku mulai menggoreskan tinta spidol ke papan tulis putih, detik itulah aku merasakan 40 menit yang tersisa itu bagaikan 4 detik saja…..
Brak ! Teman lain yang duduk di sisi jendela –menghadap ke luar ruangan– tiba-tiba saja bangkit berdiri dan mengintip ke luar, diikuti teman lain yang berada disisi yang sama. Ribut-ribut diluar yang katanya membuat mereka terusik. Aku masih tidak ambil pusing.
Mungkin anak-anak cowok yang berkelahi satu sama lain,
atau ada yang jatuh pingsan ditengah lapangan,
atau yang sedikit ekstrem, ada yang kesurupan.
Hanya sebatas itu tingkat ke’ekstreman bagiku..
Acuh tak acuh, masa bodoh, sampai akhirnya….
“Bu, ada asap, dari arah dapur belakang”

Hah ?

Langsung saja semuanya keluar dari ruangan, diawali tentu saja dari guru matematika kami. Masih belum ada kecemasan sedikitpun. Yang ada dibenakku kala itu, ‘ah paling ada yang membakar sampah, atau kalau memang itu asap dari kebakaran, mungkin itu kebakaran kecil dari konslet listrik, sebentar lagi pasti padam’. Teman cewek disebelahku sudah terlebih dahulu cemas, takut terjadi sesuatu yang mengerikan ujarnya. Aku menenangkannya.

Detik berikutnya terdengar teriakan.
“Matikan semua listrik, cabut semua kabel”
Sebelum aku berbalik ke ruangan untuk melaksanakan perintah, ekor mataku menangkap suatu kepulan asap hitam membubung ke langit dari arah dapur sekolah, yang semakin…. astaga, asap itu semakin membesar !
Aku kemudian berbalik ke ruangan, membantu melepas semua kontak listrik yang tersambung, memberesi proyektor, juga memberesi peralatanku sendiri. Kelas seketika kosong. Semua tas siswa sudah digandeng dalam sekejap mata.
Aku keluar. Hanya terpaku dari kejauhan. Aku rasakan ada puluhan menit yang kuhabiskan hanya untuk terdiam mematung memandangi pemandangan yang sangat asing itu. Pemandangan yang menampakan keramaian yang tak biasa dari arah dapur, dengan masing-masing tangan orang disana memegang seember penuh air.

Bagaimana perasaanku ?
Masih bingung. Antara percaya atau tidak. Aku sudah bersama dengan rombongan teman dari kelas lain saat itu. Ya, semuanya sudah tidak lagi fokus pada pelajaran di kelas, bahkan semuanya sudah berhamburan di sisi lapangan sekolah. Temanku mengambil handphone, menyodorkan kepadaku dan berkata “telepon pemadam kebakaran, ca”
Tidak ! Hatiku kala itu berkata tidak. Aku benar-benar belum yakin sepenuhnya detik itu.
Bagaimana kalau nanti sudah kutelepon pemadam kebakaran, dan mereka benar-benar datang kemari, lalu kemudian api sudah berhasil padam karena api yang ada hanya sebesar lilin ? Bisa-bisa aku disalahkan dengan perbuatan bodohku.
Kala aku berpikir demikian, terdengar suara berikutnya, bukan dari mulut manusia.
Suara letupan keras, diikuti dengan asap yang semakin menggelapi langit dan…… API !
Bahkan dari jarak puluhan meter, aku bisa melihat api itu. Api itu tidak kecil, pikirku.
Api terlihat sudah membakar atap dapur. Oh Tuhan !

Detik berikutnya, semua berlangsung sangat cepat.
Aku melihat puluhan siswa yang awalnya berada didekat tempat kejadian, lari berhamburan menjauhi sumber api.
Aku melihat motor-motor dari parkiran guru –dekat dapur– diangkut kearah lapangan. Tanpa kunci. Hanya dengan kekuatan 3 sampai 4 orang untuk satu motornya. Mana sempat lagi memikirkan dimana letak kunci motor.
Aku mendengar teriakan, “motor-motor siswa keluarkan dari parkiran”.
Aku tersadar, sedari tadi aku hanya diam mematung.
Seketika aku harus menjalankan perintah berikutnya dan melangkahkan kaki, seketika itu juga air mata menetes.
Cemas, panik. Ini sudah bukan kejadian biasa. Ini kebakaran !
Sekuat tenaga, aku bersama puluhan teman pengendara motor lainnya berlari keluar menuju parkiran motor siswa. Satu-satunya jalan menuju kesana hanya dengan melewati gerbang depan, disebelah ruang Tata Usaha yang berada di depan dapur.

Seandainya kalian tahu bagaimana perasaan kami saat itu……
Aku benar-benar tak menyangka dengan penglihatanku…..
Daun jendela yang terlepas dari tempatnya….
Jalan aspal yang terlihat putih akibat tebaran kertas arsip dimana-mana…..
Barang-barang yang semula rapi di dalam ruangan, sekarang sudah berserakan dimana-mana….
Wajah cemas guru-guru……
dan yang paling menyedihkan, si jago merah yang melahap ruangan dengan ganasnya !
Oh Tuhan !

Kembali pada realita.
Aku mendapati diriku berhasil keluar dengan motorku menuju jalanan agak jauh dari sekolah. Ditempat yang sekiranya aman, aku meletakkan motorku dan kembali menuju arah sekolah.
Dari luar, semua tampak jelas.
Sekolahku benar-benar kebakaran.
Api sudah menjalar melewati gerbang depan dan menuju lokal kelas.
Terlihat wajah semua orang cemas, termasuk diriku. Terdengar isak tangis.
Pasukan pemadam kebakaran baru tiba saat lokal kelas ketiga sudah dilahap si jago merah.
Sebagian teman yang bukan pengendara motor masih berada didalam. Kala itu pikiranku sudah tak lagi jernih, berpikir bahwa mereka ‘terjebak’ di dalam.
Dengan tekat apa yang entah merasukiku, aku dengan beberapa teman menuju ke motor, memilih untuk memutar jalan dan masuk ke area SMA lagi, melalui lapangan belakang yang terhubung dari kompleks SD Xaverius.

Pemandangan yang tampak berikutnya benar-benar diluar dugaan.
Dari dalam semuanya tampak benar-benar menyedihkan.
Sangat.
Berbeda dari saat aku diluar ketika api terhalang tembok yang tak terbakar,
dari dalam, tampak sangat jelas bagaimana api menyala-nyala membakar ruangan kelas satu persatu. Miris sekali rasanya.
Dua tahun lebih kenangan hadir dari tiap ruangan kelas itu, bagaimana ngantuknya kami di kelas bahasa inggris dan pendidikan kewarganegaraan, bagaimana isak tangis pernah terajut di kelas fisika, bagaimana ricuhnya kelas akuntansi, dan bagaimana bahagianya saat pertama kali bermain musik bersama di ruang band….
Dan dalam sekejap mata, semuanya musnah.

Ditambah lagi, kondisi di lapangan juga sangat berantakan.
Komputer beserta CPUnya, meja-meja guru, ratusan buku-buku, alat-alat laboratorium, bahkan sekaligus lemari-lemari kacanya sudah tidak lagi berada ditempatnya, melainkan tersepah habis di lapangan dan sekitarnya.
Pasrah…..
Rencana Tuhan begitu luar biasa….

Dalam sekejap saja, Tuhan menghabiskan gedung sekolah kami.
Air mata kembali jatuh ketika melihat beberapa teman yang terluka.
Darah, aku melihat darah dari kulit teman-temanku. Oh Tuhan !
Setiap kejadian pasti terjadi karena suatu alasan, apapun itu, Tuhanlah yang tahu jawabannya. Kita hanya perlu berserah pada kehendak-Nya dan menginteropeksi diri. Setidaknya, masih terselip rasa syukur dari kejadian ini. Syukur, karena Tuhan tidak menghabiskan seluruhnya. Syukur, karena Tuhan masih menyisahkan ruangan untuk kami melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Syukur, karena dari peristiwa ini kami tahu arti pengorbanan dan kerjasama sebagai satu keluarga, Xaverius.

Always in Memory,
Si jago merah di tanah SMA Xaverius
(Lubuklinggau, 17 September 2016)


Friday, November 18, 2016

Flash Fiction : (1) Perubahan

Aku memandang alam luas ke atas, ke samping, dan ke bawah.
Semuanya terlihat kosong. Aku tak betah disini. Seketika tubuh ini bergerak sendiri, masuk ke rumahku yang pengap.
Tapi tubuh ini merasakan nyaman disini, lebih dari di luar sana.
Aku hanya diam.
Bukan berdiri.
Bukan duduk.
Tapi aku tergantung.
Lemah, tapi nyawaku masih ada.
Hari berlalu, aku masih tetap tergantung.
Tiba-tiba jantungku serasa ingin meledak.
Tubuhku mengembang, dan kurasakan ada sebagian kecil daging tumbuh di tubuhku.
Rumahku hancur.
Kurasakan tubuhku terlepas dari gantungan secara perlahan.
Aku akan jatuh dan mati.
Tapi angin menerpa tubuhku
dan seketika..
aku mengepakkan sayapku.

Thursday, November 17, 2016

Mystory : Bolehkah aku datang lagi ? dan bisakah kau kembali ?

Sudah dua atau tiga bulan lamanya ? Entahlah.
Yang pasti, aku baru tersadar sekarang, bahwa hari ini benar-benar datang, 
bahwa masa ini benar-benar hadir. 
Saat ini adalah saat dimana aku sudah bukan lagi cerita dalam hidupmu.
Saat ini adalah saat dimana aku bahkan bukan lagi goresan kecil dalam kanvas kehidupanmu.

Seharusnya, aku mudah melupakan.
Sebagaimana biasa yang aku lakukan.
Tapi mengapa Tuhan mencobai aku kali ini?
Mengapa otak kembali mengingat masa-masa itu ?
Mengapa hati berdetak keras seketika tersebut sebagian kecil dari kisah kita dulu ?

Seharusnya tetesan air mata ini tidak tertumpah karena dirimu.
Atau lebih tepatnya, seharusnya aku tidak meneteskan air mata.
Tapi tidak demikian terjadi. 
Tulisan ini bukti hati yang memberontak.
Bukti hati yang ingin mengungkapkan kata yang tak sempat terucapkan.

Sekarang biarkan ....
dan izinkan aku mengungkapkan.... 
.
.
.
Padamu, 
yang hadir di keheningan malam di keramaian ibukota....

Seperti yang kukatakan diawal,
tulisan ini hadir karena hati yang memberontak.
Hati ini kembali mengarah padamu,
otak ini kembali mengingatmu,
setelah sekian lama dirimu pergi....
Jangan tanyakan mengapa. Ini juga bukan kuasaku.

Taukah kamu bagaimana rasanya,
seketika setiap hal kecil disekitarku berubah menjadi titik awal pintu masuk ke memori kita dulu ?
.
Satu minggu setelah tulisan ini kubuat,
aku akan pergi ke tempat dimana goresan cerita tergambar paling indah.
Bukan inginku, tapi keadaan memaksa. 
Tapi seolah hati merasa tak dipaksa, hati malah memutar setiap memori secara lengkap.
Aku teringat kembali momen kita, bersama puluhan teman lainnya.
Bukan mereka, tapi kamu, si kotak-kotak dan putih. 
Aku teringat bagaimana kotak-kotak itu tersampir di pundakku,
dari awan menggelap hingga terang kembali menyapa.
Aku teringat bagaimana rasanya mengarungi jalan berbatu dengan kamu disampingku.
Aku teringat bagaimana kita mengucapkan salam perpisahan kala itu.
Aku mengingat semuanya.
.
Hal kecil lain, si biru.
Ia selalu menemaniku, bahkan kemanapun aku pergi.
Tapi mengapa detik ini, saat ini, ketika aku memandanginya,
otak dan hati malah mengarahkannya pada kenangan akan dirimu ?
Aku teringat bagaimana sulitnya aku merencanakan pertemuanku denganmu,
di tengah sibuknya ujian sekolahku.
Aku teringat bagaimana rasanya melihatmu keluar dari pintu geser itu.
Aku teringat bagaimana rasanya hanya berdua denganmu mengisi perut kosong.
.
.
Seketika semua menyeruak.
Air mata sudah tak bisa lagi dibendung.
.
.
.
Aku menyesal, ketika kala itu aku mundur.
Aku menyesal, ketika aku sudah berusaha datang,
namun memilih untuk menyerah dan melepaskan semua.
Kala itu, aku memang memilih menyerah karena suatu alasan.

Berawal dari perihnya hati ini mengarungi jalan tanpa kepastian.
Aku pernah mengsalah-artikan segala ketulusan.
Aku pernah berandai dan berharap dipeluk masa depan indah bersamamu.
Ditambah lagi,
ketika aku berusaha 'Kembali', dengan sadisnya kau berkata 'Jangan Datang Lagi'
.
.
Aku tau dengan jelas semua salahku.....
.
.
dan mungkin inilah alasan mengapa aku kembali merasakan sakit....
.
.
.
.
"Hai kamu,
aku benar-benar berharap kamu bisa membaca tulisan ini,
entah hari ini juga,
atau mungkin satu minggu, satu bulan, atau satu tahun lagi.
Yang jelas, aku ingin kamu tahu,
bahwa hati ini pernah berharap bisa datang lagi,
bahwa hati ini berharap kamu kembali,
bahwa ....
.
.
aku merindukanmu."


Bintang, matahari, dan rembulan.....
Jika memang dirinya sudah bahagia disana, aku rela.
Aku akan turut bahagia bersamanya.
Tapi, satu yang belum bisa kurelakan.
Aku tak ingin menutup habis pintu ini,
Aku tak ingin membuang habis kenangan ini,

Tolong
.
.
katakan padanya...
sampaikan pertanyaan ini....
.
.
"Bolehkah aku datang lagi ? dan bisakah kau kembali ?"


Saturday, September 10, 2016

Mystory : Sebatas Pohon Mangga

Terlalu mudah hati ini berlabuh. Terlalu mudah hati ini menambatkan pilihannya kepada sosok pria berwajah manis itu. Hati dan perasaan bukanlah permainan. Tetapi, kenapa Dia memberikan hati yang begitu mudah mencintai dan mudah tersakiti dengan kepergian yang begitu saja. Tidak semua yang terlihat itu indah bukan? Tetapi kenapa mata ini hanya menginformasikan pandangan pertamanya kepada hati, bahwa mata sudah terbuai dan jatuh hati padanya? Andaikan hati bisa bicara sekarang juga, 'hai mata, sebegitu mudahnya-kah engkau membuatku tersakiti?', 'kenapa engkau selalu menatapnya bagai tak lagi memikirkan perasaanku?'

Aku tau memang tak semua indah, namun juga tak semuanya buruk. Hanya rasa yang tak pasti, membuatku berpikir apa ini terlalu cepat? Hembusan nafas mengiringku ke lembah yang lebih dalam. Aku bagai tak punya beban pikiran seketika bersamamu. Aku bagai orang bodoh yang tersenyum sumringah setiap kamu menatapku. Aku bagai tak bisa berpikir, tak bisa berpijak pada kenyataan bahwa ini hanyalah permulaan saja. Manis itu hanya di awal? Mungkin saja.

Tergambar di otakku pertemuan pertama kita tanpa sengaja dan tanpa rencana. Bahkan kita adalah dua orang asing yang sudah dekat sebelum hati ini tersentuh. Pertemuan itu, benarkah ia hanya mengetuk pintu hatiku? Benarkah hanya aku disini yang membukakan pintuku, sedangkan pintumu masih tertutup rapat? Tersadar sejak pertemuan itu, bukan hanya aku yang berdiri diambang pintu menantimu masuk, tapi bahkan banyak tetanggaku yang menyiapkan hidangan super mewah mereka untuk menantimu masuk ke pintu rumah mereka. Aku tahu aku bukan satu-satunya.

Cepat atau lambat aku yang terpaku disini akan kian merunduk dan akhirnya terduduk. Hanya dapat menanti langkah kakimu. Entah itu pergi menjauh, ataukah yang tak terduga datang mendekat. Aku takkan menyalahkan diriku untuk perasaan yang semudah itu. Aku juga takkan menyalahkan dirimu untuk tanda tanya yang begitu besar yang kau berikan padaku. Air sungai di tepi pegunungan terus saja mengalir, demikian akan kubuat hidupku seperti itu.

Harapan biar kutambatkan hanya sebatas pohon mangga, agar dikala aku terjatuh, aku hanya akan terluka dan sembuh pada waktunya. Namun bila alam memihak dan kau mengisi harapanku hingga penuh, akan kubiarkan engkau memanjat dengan mudahnya ke atas pohon mangga ini. Doaku menyertaimu, si penakhluk mata dan hati :)

Wednesday, June 29, 2016

OMK : KYD (Keuskupan Agung Palembang Youth Day) 2016

Halo kaum muda berjiwa kstaria (widih), khususnya Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Palembang !!
Di post kali ini, izinkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu yaa, karena kemungkinan akan banyak orang yang tidak mengenal aku yang akan membuka post satu ini :D
Oke, nama aku Rica Yulianna. Call me Rica. Berkaitan dengan tema post kali ini, pasti pada udah tau yaa kalo I'm Catholic 100 %. Sebagai bagian dari OMK, aku adalah salah satu keluarga dari OMK Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuklinggau, bagian dari Distrik Cubengtuling-Ketemu, bagian dari Dekanat 3, dan tentu saja bagian dari keluarga besar KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG :*

Nah, di post kali ini, aku akan berbagi cerita, berbagi kisah, dan mungkin juga berbagi foto-foto seputar kegiatan akbar KAPal Youth Day yang telah dilaksanakan pada 20-24 Juni 2016 di Tegal Arum. Perlu diketahui bahwa post ini baru bisa aku buat dan aku publish setelah kira-kira 7-10 hari setelah kegiatan ini usai, tapi semangat KYD dan "rasa-belum-bisa-move-on" masih ada pada para peserta KYD ini, gila kan hahaha.
Dari aku pribadi sih juga merasakan demikian, karena Terlalu Manis Untuk Dilupakan :*

Oke cukup, daripada terlanjur baper dan malah curhat pribadi, mending aku langsung ceritain aja yaa gimana kami semua OMK KAPal berproses dalam KYD 2016 ini.

Eh tapii sebelumnya, daripada cuma kenal dengan seorang 'Rica', kenalin juga yuk temen-temen darimana aja sih yang tergabung dalam keluarga Keuskupan Agung Palembang ? Here it is....


KELUARGA BESAR
ORANG MUDA KATOLIK (OMK)
KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG








 Dan inilah kegiatan kami yang menurutku "TERLALU MANIS UNTUK DILUPAKAN"


Kegiatan ini dilaksanakan dengan konsep Live-In. Jadi selama kurang lebih 5 hari 4 malam, kami berproses bukan hanya dengan teman-teman OMK, tetapi juga dengan keluarga-keluarga tempat dimana kami tinggal. 
Disana, kami dibagi menjadi 8 lingkungan, aku pribadi tergabung di Lingkungan 3, Lingkungan St. Yusuf (mana suaranyaa Santo Yusuuuff, :D). Maka, waktu kami memang lebih banyak dihabiskan bersama teman-teman selingkungan, sedangkan kumpul besar baru dilaksanakan pada hari ketiga saat malam hari, hari keempat, dan kelima. Walaupun begitu, mau selingkungan 'kek atau kumpul besar, tetap aja kebersamaannya terasa banget. Terbukti dari komentar para peserta yang mengatakan bahwa "KYD-nya kurang lama" :") 

Hari Pertama. Senin, 20 Juni 2016.
Pada hari pertama ini, kegiatan secara resmi dimulai pada pukul 15.00 dan semua peserta sudah langsung dibagi dan masuk ke dalam lingkungan masing-masing. Jadi memang 'belum' ada waktu untuk kumpul keseluruhan OMK KAPal.
Kegiatan di hari pertama juga masih cukup santai, hanya Misa, makan malam bersama, dan penjelasan-penjelasan seputar proses KYD. Dan for your information, selama kami berproses disana, yang namanya makan bersama OMK itu selalu dalam bentuk bekal dari rumah. Iya, jadi kami dibawakan bekal dari rumah induk semang kami masing-masing dan dimakan bersama di tenda lingkungan bahkan di tenda utama juga. Makanannya juga luar biasa enak-enak, porsinya banyak. Pokoknya jauh banget dari ekspetasi "kelaparan", hahaha.
Dan lagi, momen makan malam di hari pertama ini (khususnya buat aku mungkin) bener-bener diluar dugaan banget. 
Jadi gini, seusai misa jadwalnya adalah makan malam bersama. Kondisi malam itu, bermula dari dingin, angin bertiup kencang, dan akhirnya hujan angin. Bayangkan deh, kami lagi berproses di tenda lingkungan yang kecil dan pas-pasan dengan jumlah peserta, tiba-tiba hujan angin, ada bagian tenda yang bocor juga. Parah ! tapi asyik...... :D
Bahkan, keasyikan bertambah setelah tau banyak peserta yang ga dibekali makan malam dari rumah. Jadilah malam itu, di tenda lingkungan St. Yusuf, bersama dengan wajah yang baru dikenal belum sampai sehari dan bersama hujan angin, kami makan bersama, ada yang 1 bungkus bertiga, ada yang 2 bungkus berlima. :"D 


Sayangnya, karena hujan tak kunjung reda juga. Proses hari pertama harus berakhir lebih cepat daripada yang dijadwalkan. Tapi St. Yusuf patut bersyukur. Kabarnya sih, tenda-tenda lingkungan lain itu bukan hanya sekedar bocor, tapi mereka terpaksa mengungsi ke dalam rumah warga karena tendanya ada yang panggungnya kebanjiran, tanahnya banjir, sampe atap tendanya lepas :') Momen pembukaan KYD yang bersejarah banget, hahaha.
Siapa sangka kan, hujan dan angin ikut menyambut kami, para peserta KYD 2016 :D


Hari Kedua. Selasa, 21 Juni 2016.
Acara sesungguhnya baru terasa pada hari kedua ini. Ohya aku belom ceritain temen-temen serumahku selama disana. Jadi, aku kebagian dirumah Pak Slamet bertiga dengan Mbak Putri dan Mbak Gita. Mbak Putri itu OMK dari Batu Putih, dan Mbak Gita dari OMK St. Stefanus, Palembang. Awal kenal mereka itu ga ada pake jaim-jaim sama sekali, tau-tau aja udah kenal gitu :D. Beruntungnya, aku dapet serumah bertiga doang. Ada temen lain yang bisa bertujuh, bersembilan, bahkan ada yang berdua belas satu rumahnya =D Satu-satunya yang dikhawatirkan adalah antri mandinya pasti, hahaha.
Di hari kedua, dari pagi sampai sore jadwalnya adalah beraktivitas bersama keluarga. Harusnya hari itu kami ikut nyadap karet bersama ibu, tapi ga bisa karena katanya pohonnya basah akibat hujan semalem. Jadi, pagi itu kami hanya nyuci dirumah, sarapan, dan... mulai merasa bosan, hahaha. Siangnya, ibu induk semang kami mau ke warung. Niatnya sih ibu mau pergi sendiri aja ke warung naik motor, tapi karena kaminya bosan dan kepengen ikut jalan-jalan, akhirnya kami pun diajak jalan kaki ke warung. Rada jauh sih, tapi ga sejauh Bandung-Jakarta kok, hahaha..


 Sarapan kami di hari kedua :D

  
Jalan ke warung 

Selfie di jalan ke warung, haha..

Sampai di warung, sebenernya yang berkepentingan adalah ibu kami, tapi dasar mata genit Mbak Gita dan Mbak Putri yang ngeliat sepeda, mereka pun boncengan ke tenda utama (2km dari lingkungan tiga) meninggalkanku sendirian :')
Emang ga sendiri banget sih, ada ibu, ada bapak penjaga warung juga. Kemudian di warung itu, juga sempet kenalan sama OMK lain dari lingkungan lain yang ternyata tinggal di sebelah warung itu, dari lingkungan seberang, lingkungan satu, St. Maria. Hai Mas Dodo, Hai Cesar, Hai Chandra. (Semoga kalian baca tulisan ini deh, hehe)
Mbak Gita dan Mbak Putri pun balik setelah sekian lamanya ditunggu. Katanya sih 'menges', capek gitu haha. Kami pun kembali ke rumah, tapi masih ada waktu cukup lama sebelum masuk ke acara selanjutnya (Misa). Aku pun iseng kontak temenku yang panitia.
Jadi sebenernya awalnya aku pengen jadi panitia, kayak seru aja gitu jadi panitia. Tapi pas hari kedua ini, sempet bersyukur malah karena jadi peserta, aneh ya haha.
Aku pun ngajak temen panitia itu main ke rumah kami, ngajak temen sedistrik yang kebetulan selingkungan juga. Jadilah siang itu kami ngumpul di rumah induk semang kami, udah kayak open house Lebaran, serius deh haha. 
Makasih yaaa yang udah menghabiskan siang hari kedua bersama-sama kami dan menghabiskan air minum di rumah kami, haha. Makasih Mas Wawan, Bang Josua, Tulus, dan Dimas :D :D
Sepulangnya mereka ke kandang masing-masing (eh, haha), kami pun antri mandi siap-siap untuk misa sore. Dan tak lupa sebelum berangkat ke tenda untuk misa, kami dibekali makan malam lagi sama ibu :') Makasih banyak yaa ibu sayang, hehe :')

Misa sore hari kedua dipimpin oleh Rm. Yunus. Selesai misa, kami makan malam bersama kayak malam hari pertama, bedanya tanpa kehadiran hujan, haha. Selanjutnya, kami ada katekese Kerahiman Ilahi oleh Rm. Yunus, dan hari kedua ditutup dengan Penerimaan Sakramen Tobat untuk seluruh peserta. 

Misa sore hari kedua

Selfie setelah makan malam :D

Permen setelah makan malam, haha

Katekese Kerahiman Ilahi, bersama Rm. Yunus

Malam hari kedua berakhir cukup malam, sekitar jam 23.00, itupun masih ada yang tinggal di tenda lingkungan untuk sekedar ngobrol dan ngoceh bareng. Emang harusnya kumpul OMK itu jangan diadakan jam istirahat malam *lah, hahaha.


Hari Ketiga. Rabu, 22 Juni 2016.
Masa sih udah hari ketiga masih ga deket-deket juga sama temen-temen ? Itu yang terlintas di pagi hari ketiga. Beruntungnya kegiatan hari ketiga ini bener-bener pas banget dihati. Rasanya, semakin lama berproses, semakin terasa kebersamaannya. 
Hari ketiga dimulai dengan misa pagi yang dipimpin oleh Rm. Louis


Selfie lagi setelah misa. 
Maafkan naluri perempuan yah >< hehe

Jadwal hari ketiga ini bagiku cukup mengasyikan. Dari pagi setelah misa, kami melakukan kerja bakti sampai siang, yap sampai terik matahari menyengat :'). Kemudian ada waktu istirahat 2 jam, dan disambung dengan kegiatan di tenda utama bareng 800 OMK KAPal dalam acara Malam Pentas Seni :D 
Oke, aku ceritakan satu persatu dulu yak, hehe..
Jadi, dari pribadi aku sendiri nih ya, Kerja bakti hari ketiga inilah yang memulai awal kedekatanku dengan teman-teman yang baru (cieileh). Kalo temen-temen St. Yusuf baca tulisan ini, kalian harusnya masih inget sama aku, cewek kacamata yang bawa serok kemana-mana, padahal ga dipake pas kerja bakti :'D hahaha.
Liat foto keseruan kerja bakti kami dulu deh, :D cukuplah bikin baper, haha.


Selfie bareng pendatang lingkungan tetangga
(Anita, Rica, Septi, Silvia) 

Bang Josua

Sebagian keluarga St. Yusuf bagian barat :D
 

Kami membatin, "Dimana garis finishnya ini pak? :")"
 

  
Doa penutup kerja bakti dipimpin oleh Frater Anton.

Asli, selesai kerja bakti itu rasanya pengen banget berendem di air es. Tangan serasa gosong, muka panas, hati pun ikut panas *eh, haha. Untung setelah kerja bakti itu masih ada waktu istirahatnya. Saat itulah, kami benar-benar menghargai waktu istirahat yang diberikan, haha. 
Kegiatan setelah kerja bakti itu yakni membangun jejaring di tenda utama. Akhirnya, inilah waktunya untuk kami bertemu dan berkumpul bersama OMK KAPal. Sore itu, dari lingkungan tiga, aku bareng Anita (iya berdua doang) jalan kaki ke tenda utama.
Jadi selama berproses disana, sebenernya ada aturan bagi para peserta untuk tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri, termasuk pinjam kendaraan induk semang, TAPI kalo dianter boleh. Sayangnya, waktu itu ga ada yang bersedia mengantar :')
Alhasil, ada temen yang bilang "selama disini aku baru sekali jalan kaki ke tenda utama", apa daya aku yang ternyata "cuma sekali dianter pake motor ke tenda utama", sisanya jalan kaki semua :') haha. Tapi ga masalah, jujur pengalaman jalan kaki itu sendiri jadi momen-momen manis buat aku, ciattt.. 
Oke, salah fokus.
Lanjut dulu ah.
Sore hari ketiga kami pun berproses di tenda utama. Rame bukan main, panasnya juga bukan main. Padahal baru aja kelar mandi. 
Dan karena kumpul-kumpul serame itu, bohong namanya kalo ga ada selfie-selfie. :D


Oke, di foto ini kami bertiga paling cantik, haha
 



Jujur bahagia banget malam hari ketiga itu. Rasanya ga nyesel milih nunda liburan dan ikut kegiatan KYD ini. Malam itu kebetulan OMK Distrik Cubengtuling Ketemu kebagian tampil pentas seni, dan kebetulannya lagi OMK Lubuklinggau lah yang dipilih untuk mewakili distrik. 
Sebenernya pensi kami rada garing, rada absurd, dan fail sebenernya. Tapi beruntungnya, Trio Koplak menyelamatkan penampilan kami malam itu, haha.
Jadi ceritanya, Leo, Andi, dan Victo berdandan ala pantomim gitu. Dan mereka udah disuruh berdiri mematung setengah jam sebelum pentas kami dimulai. Alhasil, banyak yang ngira mereka orang gila, ada yang ngajak foto bareng, selfie bareng, tapi mereka tetep diem aja. Kenapa? Karena disuruh pembinanya gitu, hahaha.
Topjer deh kalian bertiga ;)
Suasananya semarak banget malam itu, dan acara berakhir sekitar jam 22.00. 
Disitu aku sempet terharu, saat penutupan dan kami semua menerima berkat Tuhan dari salah satu romo. Disitu 800 lebih Orang Muda Katolik berkumpul dan membuat Tanda Salib bareng :') Rasanya kayak 'walaupun minoritas', tapi aku ngerasa kayak mayoritas saat itu. 
Bangga banget jadi Katolik !
Oke next.
Pulang dari tenda utama malam itu, kami kembali berjalan kaki di tengah kegelapan, wihh. Tapi tenang aja, lingkungan tiga kan kompak, jadi pulangnya bareng-bareng deh, hehe. Ada aja mas-mas, abang-abang yang selalu setia mengiringi kami para cewek-cewek berjalan. 
Makasih buat pengiring dan peneman di jalan gelap : Bang Josua, Mas Rendi, Septian, Mbak Gita, Mbak Putri, Anita, Tulus, Dimas, Titus, Mas Anto, Ko Leo, Mas Dul, Esra, dan lain-lain lah, hehe. Aku ingat kok muka kalian semua, tapi lupa nama, maafkan :') Aku hanya berharap kalian membaca tulisan ini dan mengenang setiap memori kita (cieeee)


Hari Keempat. Kamis, 23 Juni 2016.
Halo hari keempat. Kalo diliat-liat sih, ini jadi hari terakhir proses KYD ini, hari terakhir misa pagi, hari terakhir tidur di rumah ibu bapak induk semang, hari terakhir mandi sore, hari terakhir makan malem bareng. ahhh, baper deh :')
Sama seperti hari ketiga, di hari keempat ini kami memulai kegiatan dengan Misa Pagi, dan waktu itu beruntungnya aku dapet kesempatan untuk jadi Lektor di misa pagi itu. Sebenernya bukan jatah aku sih, jadi ceritanya hari itu petugas lektor yang udah ditunjuk (Bang Josua) telat dateng ke tenda, jadilah aku menggantikannya :D Dapet pengalaman baru deh, hehe.
Nah, selesai misa mulailah keseruan yang baru. Jadwal hari keempat ini adalah Gladi Jasmani bersama rame-rame di tenda utama, whoop whoop :D :D
Gladi jasmani itu apa sih? Well, aku juga sebenernya ga tau pasti apa artinya, hehe. Yang jelas kegiatan kami pagi sampe siang hari keempat itu adalah berbau olahraga. Kami sparing futsal putra, futsal putri, dan voli campuran dengan lingkungan-lingkungan lain.
Dan perlu diketahui, bukannya sombong, tapi memang sombong (lah), supporter St. Yusuf asli paling geru, paling kompak, paling gresek juga, apalagi dikomando oleh Frater Anton, haha.

Doa dulu sebelum bertanding :D

Futsal putra

 
Kecintaan, kesayangan, keluarga baru :
SANTO YUSUF :* :*

Walaupun aku ga ikut berpartisipasi dalam pertandingannya, tapi aku ikut mengalami kegosongannya (lagi). Bayangkan bung di tengah lapangan utama jam 12 siang :') Asli, aku menghitam sepulang dari KYD, haha 
Ohya, selain pertandingan-pertandingan antar lingkungan itu, ada juga pos-pos permainan yang bisa diikuti oleh semua peserta. Syaratnya, dalam 1 kelompok, peserta harus berasal dari paroki dan lingkungan yang berbeda. Nah jadi ceritanya, aku ikut nih dalam games di pos-pos ini :D Disinilah, aku dapet temen-temen baru lagi, hehe :D
Ada pos susun kata bersepuluh + 1 orang team leader.
Ada pos bakiak. (bayangkan deh main bakiak dibawah matahari jam 12 siang :'))
Ada pos bola gelinding.
Ada pos transfer bola di 15 wadah air.
Ada pos tebak pernyataan benar.
Permainannya emang simpel-simpel sih, tapi yang seru adalah ketemu temen baru dan langsung jadi kelompok yang baru. Seru juga pas nyari temen-temen supaya mau jadi temen sekelompok, karena kalo ga lengkap (misalnya 12 orang) ya ga bisa main, haha.

Bang Daniel di pos transfer bola :D hehe
 

Kelompok baru, teman baru di pos tebak pernyataan benar.
Makasih Mas Adi untuk fotonya, hehe.
 
Rencana awal, proses gladi jasmani ini dijadwalkan akan berakhir sekitar jam 11.30, tapi nyatanya, aku kembali ke lingkungan (dan kembali ke rumah) sekitar jam 13.00. Capek sih pasti ada, gosong apalagi, tapi tetep aja, ada rasa bahagia. Apa mungkin karena ada kamu ? 
CIEILEH RICA, hahaha, Lupakan plis :')
Next. Kami pun kembali beristirahat, mengumpulkan tenaga untuk kembali berproses malamnya. Malam hari keempat itu menjadi malam terakhir kami di KYD 2016.
Sudah banyak banget cerita, banyak kisah, banyak kenalan baru, dan banyak hal-hal indah bareng temen-temen OMK. Disitulah puncak perasaan "tidak ingin pulang" datang :')
Sayangnya, semua pasti harus selesai.



Jujur malem itu aku sempet meneteskan air mata, bukan nangis kok. Cuma meneteskan air mata. :') Rasanya, dalam kegiatan semacam ini ga pernah ada beban, taunya cuma joget, nyanyi, teriak-teriak, dan tertawa bareng. Rasanya, ga pengen kembali ke rutinitas PR, tugas, presentasi, dan segala macam ulangan-ulangan di sekolah. Tapi yaa, mau gimana lagi? Life must go on :') 
Terkhusus makasih banget buat kenangan di malam keempat ini bareng beberapa temen-temen yang udah relain waktu tidurnya kepotong sampe jam 02.30 subuh. Makasih untuk berbagi cerita dan kisah di depan rumah, tepatnya di jalanan aspal, sampe ketiduran di aspal, bayangkan :''') hahaha. Bener-bener serasa Anak Jalanan :D
Terimakasih malam terakhir KYD 2016 Tegal Arum :') 


Hari Kelima. Jumat, 24 Juni 2016.
Hari terakhir. Tidak banyak proses yang dilalui di hari kelima ini. Pagi-pagi kami semua udah harus meninggalkan rumah induk semang kami masing-masing dan menuju tenda utama membawa semua barang-barang kami. Makasih banyak Bu Tini dan Pak Slamet, untuk makanannya, untuk tumpangan tidur di rumah, untuk semuanyaaa :') 


Sesampai di tenda utama, kami mengawali kegiatan dengan doa rosario pagi. Kemudian istirahat sebentar dan lanjut ke misa perutusan penutupan. Udah deh berakhir kegiatan KYD kami :') Kegiatan memang tidak terlalu spesial, tapi kebersamaannya yang bener-bener bikin ga bisa move on :')

OMK Lubuklinggau sendiri pun say goodbye ke Tegal Arum sekitar jam 15.00 selesai makan siang. Kami juga say goodbye untuk teman-teman yang udah mewarnai KYD selama 5 hari 4 malam itu. Buat temen-temen yang mungkin baca cerita ga jelasku ini, terkhusus untuk teman-teman OMK KAPal, I just wanna say MISS YOU GUYS :* :*
Sampai jumpa dilain kesempatan, Tuhan Memberkati !


Liat juga nih :  
Video-Video KYD 2016 
1. KYD 2016 HARI I 
2. KYD 2016 HARI II 
3. KYD 2016 HARI III 
4. KYD 2016 HARI IV 

Foto-foto KYD 2016 (dari kamera Rica Yulianna)
KYD 2016 


Terimakasih semuanyaaa, ditunggu cerita dan kisah kalian juga yaaa.
Komentar dibawah siapa tahu kita bisa kenalan dan bisa tambah deket *eh haha.
Salam Orang Mudaa !!

Cp :
Facebook : Rica Yulianna 
Line : rika_yulianna