Tuesday, December 19, 2017

Mystory : Arti sebuah rindu

Mataku tertutup.
Aku mendengar sendiri
bagaimana nada dan irama
dari hembusan napasku

Aku terpaku.
Dalam keheningan ini
otakku bekerja lebih cepat
lebih kuat dari biasanya

Ada cerita, ada tanya, ada kata yang tak terucap
Bisa saja. Tapi kepada siapa ?
Putaran kipas angin ?
Atau kepada pantulan cermin besar
yang tak lain adalah... diriku sendiri?

Bisa saja, jika tujuanku hanya untuk didengarkan
jika tujuanku bukanlah jawaban
jika tujuanku bukanlah balasan
Sayangnya bukan itu....

Aku ingin mendengar ceritamu
Aku ingin jawab atas tanda tanyaku
Aku ingin balasan kata yang terlontar dari bibirmu
Tapi...
dimana kamu ?

Kotak kecil dengan tombol-tombol ini
memang kerap mengantarku
'merasa' lebih dekat padamu
tapi bagiku
rasa saja tak cukup

ya..
Aku memang egois
Aku ingin kamu benar ada disini
Bukan hanya rasa, bukan hanya angan
Bukan hanya tulisan tapi juga ucapan
Bukan hanya suara tapi juga raut wajah

Tapi aku tahu, bukan hanya aku.
Ribuan bahkan jutaan insan merasakan hal ini,
terpisah jarak bahkan waktu.
Ketika tubuh ini menginjak air,
kau malah naik ke puncak bukit.
Ketika tubuh ini terbaring,
kau malah melipat selimut dan menghirup udara pagi.

Tiba-tiba saja aku tersenyum.
Mengapa Tuhan menciptakan jarak dan waktu ?
Bukankah yang dekat terasa lebih menyenangkan ?
Karena ternyata
jarak dan waktu bisa membawa rasa ini
Karena ternyata
rasa merindu bisa sehebat ini

Kala merindu,
ada jeda untuk kita melihat ke belakang
Kala merindu,
pegas otakku memutar momen indah kita ketika bersama
Kala merindu juga,
aku lebih menghargai sebuah kebersamaan

Hei kamu disana,
aku rindu bukan hanya pada bahagia kita
tapi juga pada konflik kecil tiap kita bertatap muka
aku rindu wajah kesal dan luapan amarahmu
aku rindu diam kita tanpa satupun mengalah
aku rindu sindiran kita satu sama lain
Setidaknya kala itu.......
aku melihatmu secara langsung.

Hari ini, detik ini.
Aku hanya bisa terus menerus
mengetikkan tulisan
dan mengucapkan omongan
Aku tak bisa menatap langsung
apalagi memelukmu.

Tapi padamu,
kukatakan dari lubuk hatiku
Hadirmu mencerahkan senja yang kalbu
Ketidakhadiranmu membawa arti sebuah rindu
Jangan letih menunggu
Aku disini...
menanti saat kita akan bertemu.

*ps : i miss u.


Saturday, December 16, 2017

Seventeen

Dua ribu tujuh belas.
Mahasiswa baru angkatan tujuh belas.
Kala umurku masih tujuh belas,
aku mengalami tujuh belas momen ini,
sebelum akhirnya...
.
.
.
Tanggal tujuh belas itu terjadi.

"Aku benar sudah melupakannya. Aku benar sudah melangkah maju. 
Aku bukan lagi yang dulunya selalu menanti tanpa henti. 
Menanti yang tak pasti sampai akhirnya hati ini letih sendiri. 
Terimakasih masa lalu, aku melangkah :)"

Ma, ternyata Yogyakarta menyenangkan..
Aku pikir aku bakalan susah sendiri disini, jauh dari mama, jauh dari papa, apalagi.... aku kan manja :)
Ternyata bekalku di SMA berguna disini. Bekal pintar beradaptasi dan berteman.
Entahlah, mungkin ini terasa mudah karena hanya di awal saja,
tapi orang bilang : kalau awalnya bisa baik, pasti selanjutnya bakalan bisa lancar kan ? :)
Ya aku harap begitu..
Rica seneng ma bisa dapet banyak temen disini, dapet kelompok : Ehe-ehe :)
Masih bisa terus-terusan bareng Thasia dan Leng-Leng juga :)
Bahkan...
Tuhan kasih yang lebih disini. . lebih dari sekadar teman :)
.
.
Ga ngerti harus pilih apalagi dan ga ngerti juga kenapa tiba-tiba memilih kelompok itu.
Ya pokoknya kala itu, aku pengen aja punya 'Soyen, Septi, Ryan, Tia, Desti, Leo' versi Jogja, dan beruntungnya aku dapet 'mereka'. Beruntungnya lagi, aku dapet 'dia' :)

Dibilang cover ? Bukan. Dibilang daftar isi? Bukan juga.
Dibilang bab satu ya belom bisa.
Kusebut ini :

Prolog 
Yang bikin berbeda dari SMA, ujian terasa bebas. Bebas tapi tetep susah. Open book ya tetep susah juga. Bahasa inggris misalnya : buka modul dan buka kamus cetak, ya tapi soalnya sepuluh part dan gak kira-kira. Sayangnya aku ga punya kamus. But, unfortunetely or fortunetely ? :)
"Kak, ada yang punya kamus ?"
"Aku ada, pinjem aja... Tapi syaratnya satu, ikut jalan malem ini...." 
Hei, kamu siapa ?
"Aku pinjem yang boleh dipinjem tanpa syarat aja deh..."
Hmm, itu percakapan singkat kok, tapi....
kok aneh ya ?
Yaa, semua tiba-tiba terasa berubah sejak percakapan singkat itu. Berubah aneh ? Berubah indah ? Entahlah, dasar cewek golongan darah A, ya beginilah :)
Lanjut ke persiapan. Tiba-tiba saja mata ini terus mengikuti satu arah, detik ini, detik berikutnya, dan apa-apaan ini ? STOP :") minta bantuan orang lain juga bisa, ada yang lebih tinggi 'kok untuk tempelin 'Believe in God' kala itu. Yaudahlah ya, sampai jumpa nanti sore....... atau nanti malam ? :)


#1 - Legend
Foto-foto dan pulang.
19.45
"Malioboro yuk Ris ?"
"Beneran nih? Aku mah ayok. Aku pesen grab ya..."
"Ga jadi deh Ris, udah malem....."
Huh, alasan :)
21.35 - "KAKAK-KAKAK PENGABDI SETAN YUK..."
Niatnya bukan untuk malam itu 'kok, hanya saja ada oknum tertentu yang memulai cerita, memulai kisah, dan menjadi awal mula semua-muanya...
"Ayo sekarang dek, kami jemput, nonton jam 23.35" 
. . . . .
Halo gais (atau lebih tepatnya Halo kakak-kakak), gila ya aku bisa gabung bareng kalian malam itu. Aku berani jamin, detik ini aku bakalan 'sangat' menyesal kalau malam itu aku menolak ajakan kalian. Bukan ajakan kalian memang. Ajakanku -- yang langsung mendapat respon positif dari kalian. Bahkan aku masih sangat bahagia meski kenyataannya bangku penuh dan gagal nonton malam itu. Karena : bukan karena ajakan yang berhasil mendapat respon positif, bukan juga karena faktor film tertentu, tapi karena 'kamu' . .
Iya, aku yang terlebih dahulu memulai percakapan personal itu. Tapi percayalah, itu semua bukan karena keinginanku sendiri. Semuanya mereka. Tapi aku yang kena. Awalnya berdelapan dan kamu datang. Dibonceng kamu? Hei, siapa aku :")
Plan B. Permainan itu, obrolan itu, semua kejujuran dan cerita-cerita mendalam milik kalian semua. Aku diizinkan mendengar dan mengalami itu semua bersama kalian.. dan kamu. Ingat nasihat kalian waktu itu ? "Hati-hati sama Si Mbah". Setidaknya nasihat kalian malam itu akan sangat berguna untuk tujuh semesterku kedepan :) Ngantuk ? Pastilah, bodoh. Tapi rasa bahagia terlalu besar, karena disaat aku merasa sendiri, ada kalian disitu. Kamu memang jauh kala itu. Fokusku bukan padamu. Bahkan, adakah kita ngobrol? Kurasa tidak....

#2 - Kebun Buah Mangunan dan Hutan Pinus
Seharusnya kita bubar malam itu. Entah kenapa, entah apa yang merasuki kalian semua hingga akhirnya perjalanan berlanjut. Start pukul setengah empat atau empat pagi kala itu? Entahlah. Tanpa tidur, kalian memang gila semuanya, termasuk aku. Di perjalanan, motor itu tiba-tiba membarengi motor kami.
"Jangan lupa doa dulu" Syuungg...
Tiba di tempat. Aku masih menyimpan video pertama bersama kalian kala itu. Aku masih ingat bagaimana awkward-nya aku ketika aku minta foto dan kamu yang fotoin. Aku ingat potret kita bersama dan disebelahku persis ada kamu :) Ah.. Benarkah aku sudah ada rasa sejak saat itu ? Aku rasa belum. Karena jika sudah, aku takkan berani meminta potret itu secara terus terang ketika di atas sana, ketika semua naik ke puncak dan kamu bertahan didekatku. Alasannya : "Capek ah.." Aneh memang rasanya, aneh banget. Aku rasa itu percakapan pertama kita.... Ingatkah ? hahaha...

#3 - Pengabdi Setan
Ini disebut 'janji yang ditepati' atau 'wacana yang terlaksana'.
Usai gereja aku bertandang ke kamar temanku. Aku hanya merasa terlalu jauh menunggu di lantai tiga ketika kamu akan menghampiri dan membawaku pergi. Berawal dari video kecil yang kamu kirimkan di instagram "Tonton ini dulu sebelum di bioskop nanti....". Seingatku, sampai detik ini aku belum memutar video itu sama sekali :") Aku ingat malam itu jantungku berdesir. Malam itu berbeda dari malam sebelumnya ketika mereka menghampiriku beramai-ramai. Kala itu, di depan pagar hitam berbekal location yang kukirimkan, kamu menjemputku untuk pertama kalinya. Sendirian.
"Aku harus ngajak ngomong apa ya?" 
Sempat muncul pikiran itu dan tidak berguna sama sekali. Cepat saja, aku merasakan nyaman. Bukan, bukan karena aku langsung menyukaimu. Anggap saja, karena jati diriku sebagai anak ilmu komunikasi.
Sampai di tempat aku melihat empat pasang bola mata melirik ke arah kami. Itu mereka. Hanya saja kurang dua. Jujur kala itu, haruskah aku berterima kasih kepada mereka? Ketika dengan gilanya mereka memesankan tiket dengan susunan bangku sedemikian rupa sehingga....... ya kalian taulah. Ada rasa senang, tentu saja. Tapi ada juga rasa takut. Takut kamu risih? Takut kamu aneh? Takut kamu tidak nyaman? Persetan. Ini bukan mauku kok. Lewati saja.
Berikutnya, seperti malam kemarin. "Lanjut kemana?"
Mie Grabyas. Yash, disini tempat potret pertamaku...
Oh bukan, disini tempat potret pertamaku (yang jelas), karena sebelumnya aku pernah mendapatkan yang blur dan tetap kusimpan. Taukah kamu? Hahaha...
Malam itu berakhir lebih cepat dibanding sebelumnya. Ya, tentu saja. Manusia perlu istirahat.
Malam itu juga aku merasa kejadian ini akan menemukan titik istirahat, atau bahkan titik usai ?

#4 - Gedung Alfonsus UAJY
Aku berani bertaruh kalo kalian mengikuti jelas momen ini, kalian akan mengatakan bahwa aku benar-benar kehilangan akal sehat. Percayalah. :")
Kenapa tiba-tiba aku ingin bertemu? Kenapa aku rela memasang muka tebal untuk momen ini? Aku tau aku benar-benar gila hingga pada akhirnya kecewa yang kudapat...
Sore itu ditemani kakak yang punya 'misi' hampir sama denganku, kami berangkat bersama aplikasi hijau menuju tempatnya. Aku juga bingung, apa yang harus kulakukan disana? Hanya saja, aku benar-benar tidak berpikir untuk mengurungkan niat itu sama sekali.....
Kegiatan sudah berlangsung. Aku melihatnya. Kegiatan usai. Dan aku menangkap pesan tersirat dari tatapanmu selepas semuanya. "Ngapain kamu disini?" :")
Walaupun kalimat itu tak terucap langsung, tapi aku mengerti benar itu yang kamu rasakan.
Detik itu aku benar-benar merasa salah menaruh hati. Kebodohan terbesar cewek golongan darah A.
Terlebih lagi momen setelah itu..... Berharap apa aku? Lanjut lagi? Hahaha, bodoh.
Kemarin ya kemarin, hari ini udah beda. Yang terdahulu jauh lebih menarik baginya.
Aku menatap pagar hitam kala itu, langsung menapaki tangga, memutar kunci dua kali dan terduduk diam.  "NO, SUPER DUPER NO" Set as chat wallpaper.

#5 - Gereja Antonius Padua Kota Baru 
"Semangat jogis dan LDPKM-nya!"
Heh, aku telah ditolak dua kali sebelum kalimat itu terlontar.  
Andai momen kali ini tak terjadi, akan terhitung tiga kali penolakan setelah sate dan es jeruk. Tebal memang mukaku. Beruntungnya, momen ini terjadi. Tentu saja berbekal ketebalan muka yang tadi.
"Aku memang rencananya bohong cuma sampe hari ini kok..."
Ya, suka-sukamu memang :)
Berlalulah satu jam lebih sedikit bersama sepasang insan lainnya. Berlanjut? Iya. Makan malam di Toba Nauli. Setelahnya ? Ini menjadi bagian favoritku.
Maaf, bukan Rica namanya kalau tidak balas dendam, tentu saja dengan caraku sendiri. Setelah dua kali penolakan dan kebohongan yang sempat bikin kecewa, "Aku ga mau turun ah..." 
Entah mengapa malam itu menjadi malam favoritku. Mungkin karena malam itu menjadi malam pertama kita keluar berdua setelah sebelumnya selalu bersama yang lain. Heran awalnya kenapa kamu mau, tapi aku memilih untuk tidak memperpanjang pikiranku hingga pada kesimpulan yang semata-mata hanya menjadi harapanku saja :) Begini ya rasanya menghabiskan malam minggu ? Tanpa suatu hal berfaedah. Tanpa tujuan pasti. Sungguh, aku baru tau....
Oh, ada tujuan ding. Acnes :) hahahaha....

#6 - Mbah Ganis, Kaliurang
Aku berani bilang semuanya mulai terasa indah dan begitu mendebarkan setelah momen ini. Bahkan, momen ini termasuk yang paling mendebarkan, bagiku. Entah bagimu.
Berawal dari usainya kegiatan kita. Persis mirip dengan momen pertama. Bedanya, aku sudah menjadi yang dibelakangmu ketika kita beramai-ramai mengarungi aspal. Bukan lagi bersama orang lain. Tapi, bukankah kamu juga 'orang lain' kala itu? Ya, entahlah.
Percaya atau tidak, aku masih mengingat keempat belas pertanyaan yang bodohnya terbagi dua untukmu dan untukku setelah kalah bermain. Sekuat tenaga menahan senyum, sekuat tenaga menahan detakan jantung. Ditambah lagi dengan sebelumnya sempat candaanmu benar-benar tidak memikirkan kondisi dan perasaanku. Untungnya aku menangkap semua kepura-puraan itu dan benar-benar tidak menganggap serius.
"Suka?" Hmm...
"Ada kemungkinan?" Hmm...
Dua puluh tujuh !
Ah, kamu benar-benar sakit jiwa kala itu..... Atau aku saja yang terlalu berlebihan?
Tidak, kali ini aku tidak mau mengaku salah. Pure, ini salahmu. Kalau kala itu aku memang salah persepsi dan membawa semuanya ke dalam hati, itu salahmu. Karena orang bego sekalipun pasti akan merasakan hal yang sama denganku. Fix ya.
Ditambah lagi.....

#7 - Bubur Ayam
"Kamu bakalan capek hari ini, sarapan aja dulu yuk..."
Hei, kamu kenapa? Sejak kapan kamu berubah sebegini drastis ? Bukankah momen malam kemarin itu hanya topeng belaka ? Lalu, kenapa topengmu berlanjut hingga pagi ?
Kamu berubah drastis pagi itu, setelah sebelumnya di momen keempat kamu benar-benar membuatku merasakan arti kecewa, melewati hampir dua minggu dengan ke-flat-an yang luar biasa, hingga akhirnya pagi itu kamu berubah menjadi........perhatian ? :")
Pagi itu menjadi momen pertama juga. Sebelumnya momen keluar berdua pertama kali. Kali ini momen makan berdua pertama kali. Buburnya enak, btw :)
Apa yang sudah kamu rasakan kala itu? Samakah rasa kita? Atau kala itu masih sekadar topeng ?
Banyak, banyak sekali tanda tanya kala itu. Aku semakin takut salah mengartikan semuanya.

#8 - Thor : Ragnarok
Rjj kata mereka. :") Jalan berdua, makan berdua, kali ini... nonton berdua ?
Bukan salahku lagi kalau persepsiku sudah berbeda, harapanku sudah tinggi, dan pikiranku ngalur ngidul, hahaha.. Ingatkah kamu ? Awalnya bukan nonton niat kita. Hanya saja menggunakan alasan hujan, kita menggantikan niat ke gereja dengan ke CGV. Berdosanya kita kala itu....
Dosa memang urusan dosa, hanya saja mengapa aku tidak memilih untuk menolak? Bahkan, jujur saja, aku tidak begitu menyukainya di awal. Apaan Thor? Aku memang judge the book by cover. :")
Ya, semuanya faktor jatuh hati. Harapan terlalu tinggi. Berbalas. Dan akhirnya jadi begini...
Menyesal ? Mana mungkin :) Yaa, tiba-tiba saja hati ini benar-benar memilih...

#9 - Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, Ganjuran 
Sebelum momen ini terjadi, aku benar-benar minta maaf pada banyak pihak.
Maaf Rista gak bisa nemenin kamu belanja di mirota selesai misa malam itu. Maaf Abel gak bisa rayain ultahmu lama-lama bareng Ci Lisa malam itu. Maaf teramat sangat untuk Thasia dan Leng-Leng, aku melanggar janjiku bersama kalian. :")
Awalnya, aku ingin menutup tujuh belasku bersama Thasia dan Leng-Leng. Ya, bersama orang tersayang yang sama namun ditempat baru dan berbeda. Yogyakarta. Bahkan sebenarnya, momen ini masih bisa terlaksana tanpa melanggar janji, hanya saja embel-embel peristiwa setelahnya (yang kamu buat-buat) menjadikan semuanya diluar rencana.
"Mau mengucap syukur bertambah umur?" 
Berbekal syarat untuk minta didoakan olehmu, kita mengarungi jalan aspal yang begitu asing dengan suasana yang juga begitu asing. Beruntungnya, tempat tujuan tidak mengecewakan. Perjalanan yang hampir gelap gulita tanpa lampu motor supermu terbayar dengan suasana tempat tujuan.
Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, Ganjuran.
Mungkin, ini alasannya mengapa aku begitu mencintai Katolik-ku.
Aku begitu menyukai suasana gereja dan kebatinan semacam itu.
Untuk pertama kali, jadi maklum aku tak mengerti mekanismenya. Kami membersihkan diri dulu, lalu duduk. Jauh dari keramaian. Bahkan bisa dibilang, jauh sekali. Bukan di tempat duduk, tapi lebih pada menapak bumi dan menikmati hening berdua..... bertiga bersama Yesus yang hadir kala itu.
Setelah menit berlalu...
"Mau berdoa?"
Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Aku menetes.
Sepenggal kalimat terlontar dari bibirmu kala itu : "Dia telah menjadi yang berharga bagiku" 
Bahkan kalimat-kalimat lainnya, ungkapan-ungkapan syukur itu, doa dan permohonan itu,
Pikirku : "Tuhan, aku bahagia. Benar-benar bahagia. Aku tak pernah dibiarkan sendiri memang. Tapi ini terlalu indah untuk memberiku manusia semacam dia, yang mendoakanku pada-Mu, yang dengan tulus menemani menutup umur tujuh belasku"
Hell, aku benar-benar jatuh hati............... :")
Embel-embel setelah momen itu juga menjadi momen tersendiri.
Aku memang buta arah, aku memang belum mengerti jalanan Jogja, tapi setidaknya aku tahu, kamu membawaku memutari tempat yang sama dengan tujuan yang padahal ada di depan mata. Tujuannya?
00.00 | 30 Oktober 2017
"Boom ! Happy birthday ya..." 

#10 - #KejarMimpi
Masih dalam suasana hari bahagiaku. Berbekal ajakan lewat form yang kamu kirimkan via line, berbekal niat skip kelas bahasa inggris juga, kita (bersama mereka juga sebenarnya) mengikuti acara itu. Mengapa kutuliskan disini ?
Aku berpikir dan aku aku merasa pikiranku benar, bahwa acara itu menjadi momen pertama kita bersama mereka lagi setelah sebelumnya kita menghabiskan waktu hanya berdua saja.
Jalan bedua. Makan berdua. Nonton berdua.
Acara ini : kita bersama mereka.
Aku kira kamu akan berubah lagi. Aku kira kamu akan melepas topengmu dan berubah cuek lagi padaku. Ya, aku memang mengira kamu hanya mengenakan topeng ketika bersamaku. Tapi.....
Jujur, aku suka kenyataan bahwa hari itu memakai setelan kaos dan outerku, haha...
Kita tau apa yang terjadi, cukup kita untuk hal itu. Yang pasti, kamu berani membuka jati dirimu sejak siang itu. Potretmu dan Maudy Ayunda memang sempat membuatku badmood setengah mati, tapi setidaknya agak terbayar dengan momen sebelumnya dan ucapan birthday di instastory-mu :) I'm officially eighteen !

#11 - Divisi Tema dan Teks Misa
Kamu bilang aku jahat. Kamu bilang aku sombong. Hei, aku mencoba menahan diri.
Apa kata mereka kalau tiba-tiba saja aku langsung mengangkat tanganku dan memilih untuk menjadi anak buahmu? Ya, pura-puranya aku jual mahal walau dalam hati aku sudah menaruh pilihan sejak pertama. Beruntungnya, space itu memang tersedia untukku.
Langsung bergerak setelah hari itu.
Berbekal tema yang sudah sempat kamu pikirkan dan langsung fix untuk digunakan, kita hanya tinggal mengurusi teks misa. Awalnya Warunk Gacoan tapi akhirnya FTI. Finishingnya ?
Hmmm.... Aku tak ingat siapa yang memulai kala itu, tapi pada intinya hal itu terjadi. Kamu bilang berusaha menahan dan bingung setengah mati antara melakukan atau tidak. Pada intinya, momen itu masuk dalam cerita ini, yang berarti semua memang terjadi dengan indah.
Ya, momen ini juga menjadi momen pertama, yang katanya mendebarkan, bagimu :p

#12 - Misa Jumat Pertama
Aku suka outfit kita yang putih-putih, aku suka kenyataan bahwa kita bergerak pada divisi yang sama, aku suka kenyataan bahwa aku dirigen dan kamu anggota koornya, aku suka bahwa akhirnya aku bisa mendapat potret berdua denganmu, aku suka setelahnya kamu memotretku dengan bunga mawar di depan KKACM, aku suka kamu mengantarku pulang untuk ganti baju, aku suka momen makan-makan kita bersama malam itu dengan kamu tepat di depanku, aku suka momen Sekaten, aku suka momen pohon beringin meski aku tak pernah berhasil dan menahan kecewa-malu setengah mati, aku suka momen ngebut-ngebutan, dan aku...suka...momen...setelahnya :)
Banyak momen terjadi kala itu. Banyak yang bisa kujabarkan sebenarnya jika aku mau. Sayangnya, aku membiarkan semuanya terangkum saja dan biarkan kamu memutarnya kembali jika ingin mengingat lagi :) Momen Jumat Pertama berfaedah, setelah sebelumnya The Failed Jumat Pertama. Aku tau momen-momen ini hampir sama saja dengan sebelumnya. Hanya saja, aku tersadar bahwa aku sudah benar-benar nyaman bersama kalian, dan aku bahagia bahwa kenyatannya...... kalian menerimaku :) Yang membuat berbeda hanyalah momen setelahnya. Aku merasakan bagaimana malam itu aku benar-benar sulit untuk tidur. Bukan karena panas, bukan juga karena lampu yang padam (karena sesungguhnya aku lebih bisa tidur di tempat gelap). Aku juga bingung. Tapi aku tahu alasannya. Bukan, "kita" tahu alasannya :) Berbekal niat yang begitu kuat dariku serta pertahananmu yang sedikit melonggar, atau sebenarnya kamu juga berharap demikian? Entahlah :)
Pada intinya, ini juga menjadi momen pertama..... setelah sekian banyak 'momen pertama' sebelumnya

#13 - Roti Bakar
"Did you like him before?" Aku to the point aja untuk momen kali ini.
Aku bahagia, aku benar-benar bahagia dan begitu menyukai kalimat itu, hahahaha. Kamu pasti ingatkan? Tentu. Karena kalimat itu terlontar darimu.
Masa'kan kita sudah sampai pada tahap.........cemburu ? :")
Secepat itu, semua terasa cepat saja. Hari ini aku masih merasa kecewa, besoknya tiba-tiba saja kita sudah jalan berdua, makan berdua, nonton berdua, dan menjadi yang dianggap 'dekat' oleh mereka dalam waktu singkat. Dan kali ini? "Sedikit..... cuma sedikitt aja" itu yang terlontar darimu ketika aku bertanya langsung. Tapi.....
Luapanmu berubah begitu panjang ketika tempat bahasan berubah ke via line.
Sampai akhirnya, ada kelanjutan dari momen keenam tadi. "Aku sayang kamu"
Jujur, bukan kalimat itu yang aku suka, tapi kalimat setelahnya yang terukir jelas di memo handphoneku. Satu kalimat panjang, dua puluh kata. Speechless.
Aku bahkan sampai tak mampu berharap lebih setelahnya, ini terlalu..........cepat ?
Tidak. Aku sudah sempat merasakan kecewa. Kalau sekarang aku sudah mampu merasa bahagia, kenapa harus dilawan ? :)

#14 - I meet both of them
Sebagaimana tidak ada sesuatu yang berjalan mulus, apalagi untuk kita yang memang belum ada apa-apanya, perasaan menganggu tentu kapan saja bisa saja menghampiri. Bukan menganggu, tapi lebih kepada.... minder ? :( Hell, aku bisa apa dibandingkan mereka ? Setidaknya itu yang kupikirkan.
Aku memang sepatutnya bahagia. Pertama, aku mengenal mereka dari depan bukan dari belakang. Kedua, kamu membiarkanku mengenal mereka, rasanya seperti membuka pintu hidupmu dan membiarkanku masuk. Tapi tetap saja, aku minder. Bahkan, aku berpikir "mana berhak aku cemburu, mengajaknya berbicara saja seharusnya aku tak berhak" 
Setidaknya, mereka baik padaku. Bahkan, detik ini, mereka menjadi begitu baik padaku.
Tapi tetapi saja, bahkan sampai detik ini juga, rasa minder ini belum sirna. :)

#15 - You meet my 'her'
Ya, kamu membiarkanku menemui "mereka"mu. Dan kali ini aku membiarkanmu menemui "dia"ku. Perkenalkan, dia yang paling kusayang sejak SD? SMP? SMA? Kuliah ini? Entahlah, pokoknya hingga hari ini. Awalnya, aku takut dia tidak menyukaimu, karena jujur saja, dia adalah "mama" keduaku setelah mama asliku yang sesungguhnya. Tapi, responnya begitu membuatku lega.
"Dia lumayan..." Dan akhirnya tanpa sadar, detik ini kita bertiga malah sering menghabiskan waktu bersama. Tiba-tiba saja aku memikirkan sesuatu.......
"Apakah 'mereka'mu menyukaiku? Setelah beberapa kali kita berempat jalan bersama..." 
Ya, aku belum pernah sama sekali melontarkan pertanyaanku ini. Aku butuh jawabanmu, setelah kamu membaca tulisan ini :)  
Sayangnya, aku malah merasakan perasaan yang tidak pada tempatnya setelah kita bertiga sering bersama. Untunglah tidak sampai pada detik ini. Bagaimana caranya mengklarifikasi perasaan ini?
Ini salah satu yang membuatku menyukaimu. Aku suka bagaimana cara kita jujur satu sama lain. :)
Tetap bertiga ya, tapi jangan sampai aku merasakan perasaan itu lagi :)

#16 - Jogja Bay
Momen dengan rencana ala kadar. Bahkan, dengan waktu yang juga seadanya. Tapi rencana ini tetap terlaksana. Rame? Hah, hanya berempat :) Setidaknya, aku bisa merasakan suatu keseruan bersamamu. Diluar makan, nonton, makan, nonton, dan kegiatan rutin kita di komunitas yang ada. Dan tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu....
Kalau tiba-tiba aku merasa terlalu dalam sementara kamu masih saja di permukaan, bukankah aku akan merasakan sakit yang sama? Tapi, apakah mungkin kamu masih tetap bertahan di permukaan sementara sudah banyak kerang, terumbu karang, ikan laut yang kita temukan bersama ? Bisa saja.
Tiba-tiba aku berpikir untuk kembali ke permukaan, tentu saja dengan terlebih dahulu mengatakannya padamu. Apakah aku harus kembali pada permukaan? Ataukah kamu akan menyusulku menyelam ke dasar ? Kamu bilang : lalu lintas perairan masih terlalu macet hingga pada akhirnya............

#17 - Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, Ganjuran (Part 2)
Tempat ini lagi ? Yap !
Sebagaimana tempat ini menjadi momen mendebarkanku yang pertama dengan mendengar kalimat yang terlontar dari bibirmu, tempat ini juga menjadi momen mendebarkanku yang berikutnya. Jujur, melihat kamu yang begitu antusias untuk menuju tempat ini lagi, bahkan ketika air menetes dari langit dengan cukup deras, aku langsung menyadari sesuatu. Tapi aku biarkan terjadi, melihat apa yang kamu lakukan, yang sebenarnya juga yang aku nantikan :")
Mau doa apa kita memangnya? Bukan hari ulang tahunmu, hari ulang tahunku sudah berlalu, UAS masih jauh, dan UTS juga sudah lewat. Ya, berdoa memang tidak mengenal tempat dan waktu.
Jadilah kita tetap memejamkan mata dan membuat tanda salib kala itu. "Sudah berdoa?" 
Aku bukan melupakan, tapi malah sebaliknya. Aku mengingat begitu jelas setiap bahasan yang kita lontarkan hingga akhirnya kalimat-kalimat yang menjurus pada arah itu keluar.
Sebagaimana aku merasakan bahwa kamu adalah Rica versi cowok, aku pun mengatakannya bahwa aku merasa kita mirip.
Aku suka moody, begitu juga kamu.
Aku suka bagaimana di saat kita melihat benda A dan pikiran kita sama tentang benda itu.
Aku suka bahwa kita mentertawakan hal yang sama, bukan malah bertentangan.
Hingga akhirnya.....
"Kalau kita mirip, berarti yang aku pengen, juga yang kamu pengen?" 
"Bisa jadi....."
Dan kalimat tanya setelahnya menjadi kalimat crucial antara aku dan kamu. Begitu juga dengan kalimat jawaban atas pertanyaan itu. Tiba-tiba saja, kita benar-benar menjadi "Kita".
Aku melihat jam tangan dan melihat kotak kecilnya.
Aku melihat layar handphoneku dan melihat kalimat yang tertera disebelah jam.
(17.11.17)
.
.
.
.
Halo 17.12.17.
Dua ribu tujuh belas hampir berakhir. Liburan juga telah tiba, sayangnya aku masih di tempat yang sama sementara mereka telah menginjakkan kaki ke tanah asal masing-masing.
Tenang saja, besok aku menyusul :) Aku juga akan kembali....
Sebelumnya, aku merayakan 17.12.17 ini dulu :) Sendirian...
Hai kamu, terimakasih untuk ketujuh belas momen itu, terimakasih juga untuk 17 yang indah di tempat yang begitu indah juga bagiku.
Lewat cerita ini, aku titip rindu untukmu di tujuh ratus empat puluh kilo meter disana.
Aku harap dua ribu tujuh belas cepat berakhir, tentu saja dengan cerita-cerita indah di tempat kita masing-masing.
Sampai ketemu di dua ribu delapan belas.
.
.
Aku sayang kamu :)