Friday, November 18, 2016

Flash Fiction : (1) Perubahan

Aku memandang alam luas ke atas, ke samping, dan ke bawah.
Semuanya terlihat kosong. Aku tak betah disini. Seketika tubuh ini bergerak sendiri, masuk ke rumahku yang pengap.
Tapi tubuh ini merasakan nyaman disini, lebih dari di luar sana.
Aku hanya diam.
Bukan berdiri.
Bukan duduk.
Tapi aku tergantung.
Lemah, tapi nyawaku masih ada.
Hari berlalu, aku masih tetap tergantung.
Tiba-tiba jantungku serasa ingin meledak.
Tubuhku mengembang, dan kurasakan ada sebagian kecil daging tumbuh di tubuhku.
Rumahku hancur.
Kurasakan tubuhku terlepas dari gantungan secara perlahan.
Aku akan jatuh dan mati.
Tapi angin menerpa tubuhku
dan seketika..
aku mengepakkan sayapku.

Thursday, November 17, 2016

Mystory : Bolehkah aku datang lagi ? dan bisakah kau kembali ?

Sudah dua atau tiga bulan lamanya ? Entahlah.
Yang pasti, aku baru tersadar sekarang, bahwa hari ini benar-benar datang, 
bahwa masa ini benar-benar hadir. 
Saat ini adalah saat dimana aku sudah bukan lagi cerita dalam hidupmu.
Saat ini adalah saat dimana aku bahkan bukan lagi goresan kecil dalam kanvas kehidupanmu.

Seharusnya, aku mudah melupakan.
Sebagaimana biasa yang aku lakukan.
Tapi mengapa Tuhan mencobai aku kali ini?
Mengapa otak kembali mengingat masa-masa itu ?
Mengapa hati berdetak keras seketika tersebut sebagian kecil dari kisah kita dulu ?

Seharusnya tetesan air mata ini tidak tertumpah karena dirimu.
Atau lebih tepatnya, seharusnya aku tidak meneteskan air mata.
Tapi tidak demikian terjadi. 
Tulisan ini bukti hati yang memberontak.
Bukti hati yang ingin mengungkapkan kata yang tak sempat terucapkan.

Sekarang biarkan ....
dan izinkan aku mengungkapkan.... 
.
.
.
Padamu, 
yang hadir di keheningan malam di keramaian ibukota....

Seperti yang kukatakan diawal,
tulisan ini hadir karena hati yang memberontak.
Hati ini kembali mengarah padamu,
otak ini kembali mengingatmu,
setelah sekian lama dirimu pergi....
Jangan tanyakan mengapa. Ini juga bukan kuasaku.

Taukah kamu bagaimana rasanya,
seketika setiap hal kecil disekitarku berubah menjadi titik awal pintu masuk ke memori kita dulu ?
.
Satu minggu setelah tulisan ini kubuat,
aku akan pergi ke tempat dimana goresan cerita tergambar paling indah.
Bukan inginku, tapi keadaan memaksa. 
Tapi seolah hati merasa tak dipaksa, hati malah memutar setiap memori secara lengkap.
Aku teringat kembali momen kita, bersama puluhan teman lainnya.
Bukan mereka, tapi kamu, si kotak-kotak dan putih. 
Aku teringat bagaimana kotak-kotak itu tersampir di pundakku,
dari awan menggelap hingga terang kembali menyapa.
Aku teringat bagaimana rasanya mengarungi jalan berbatu dengan kamu disampingku.
Aku teringat bagaimana kita mengucapkan salam perpisahan kala itu.
Aku mengingat semuanya.
.
Hal kecil lain, si biru.
Ia selalu menemaniku, bahkan kemanapun aku pergi.
Tapi mengapa detik ini, saat ini, ketika aku memandanginya,
otak dan hati malah mengarahkannya pada kenangan akan dirimu ?
Aku teringat bagaimana sulitnya aku merencanakan pertemuanku denganmu,
di tengah sibuknya ujian sekolahku.
Aku teringat bagaimana rasanya melihatmu keluar dari pintu geser itu.
Aku teringat bagaimana rasanya hanya berdua denganmu mengisi perut kosong.
.
.
Seketika semua menyeruak.
Air mata sudah tak bisa lagi dibendung.
.
.
.
Aku menyesal, ketika kala itu aku mundur.
Aku menyesal, ketika aku sudah berusaha datang,
namun memilih untuk menyerah dan melepaskan semua.
Kala itu, aku memang memilih menyerah karena suatu alasan.

Berawal dari perihnya hati ini mengarungi jalan tanpa kepastian.
Aku pernah mengsalah-artikan segala ketulusan.
Aku pernah berandai dan berharap dipeluk masa depan indah bersamamu.
Ditambah lagi,
ketika aku berusaha 'Kembali', dengan sadisnya kau berkata 'Jangan Datang Lagi'
.
.
Aku tau dengan jelas semua salahku.....
.
.
dan mungkin inilah alasan mengapa aku kembali merasakan sakit....
.
.
.
.
"Hai kamu,
aku benar-benar berharap kamu bisa membaca tulisan ini,
entah hari ini juga,
atau mungkin satu minggu, satu bulan, atau satu tahun lagi.
Yang jelas, aku ingin kamu tahu,
bahwa hati ini pernah berharap bisa datang lagi,
bahwa hati ini berharap kamu kembali,
bahwa ....
.
.
aku merindukanmu."


Bintang, matahari, dan rembulan.....
Jika memang dirinya sudah bahagia disana, aku rela.
Aku akan turut bahagia bersamanya.
Tapi, satu yang belum bisa kurelakan.
Aku tak ingin menutup habis pintu ini,
Aku tak ingin membuang habis kenangan ini,

Tolong
.
.
katakan padanya...
sampaikan pertanyaan ini....
.
.
"Bolehkah aku datang lagi ? dan bisakah kau kembali ?"