Saturday, September 10, 2016

Mystory : Sebatas Pohon Mangga

Terlalu mudah hati ini berlabuh. Terlalu mudah hati ini menambatkan pilihannya kepada sosok pria berwajah manis itu. Hati dan perasaan bukanlah permainan. Tetapi, kenapa Dia memberikan hati yang begitu mudah mencintai dan mudah tersakiti dengan kepergian yang begitu saja. Tidak semua yang terlihat itu indah bukan? Tetapi kenapa mata ini hanya menginformasikan pandangan pertamanya kepada hati, bahwa mata sudah terbuai dan jatuh hati padanya? Andaikan hati bisa bicara sekarang juga, 'hai mata, sebegitu mudahnya-kah engkau membuatku tersakiti?', 'kenapa engkau selalu menatapnya bagai tak lagi memikirkan perasaanku?'

Aku tau memang tak semua indah, namun juga tak semuanya buruk. Hanya rasa yang tak pasti, membuatku berpikir apa ini terlalu cepat? Hembusan nafas mengiringku ke lembah yang lebih dalam. Aku bagai tak punya beban pikiran seketika bersamamu. Aku bagai orang bodoh yang tersenyum sumringah setiap kamu menatapku. Aku bagai tak bisa berpikir, tak bisa berpijak pada kenyataan bahwa ini hanyalah permulaan saja. Manis itu hanya di awal? Mungkin saja.

Tergambar di otakku pertemuan pertama kita tanpa sengaja dan tanpa rencana. Bahkan kita adalah dua orang asing yang sudah dekat sebelum hati ini tersentuh. Pertemuan itu, benarkah ia hanya mengetuk pintu hatiku? Benarkah hanya aku disini yang membukakan pintuku, sedangkan pintumu masih tertutup rapat? Tersadar sejak pertemuan itu, bukan hanya aku yang berdiri diambang pintu menantimu masuk, tapi bahkan banyak tetanggaku yang menyiapkan hidangan super mewah mereka untuk menantimu masuk ke pintu rumah mereka. Aku tahu aku bukan satu-satunya.

Cepat atau lambat aku yang terpaku disini akan kian merunduk dan akhirnya terduduk. Hanya dapat menanti langkah kakimu. Entah itu pergi menjauh, ataukah yang tak terduga datang mendekat. Aku takkan menyalahkan diriku untuk perasaan yang semudah itu. Aku juga takkan menyalahkan dirimu untuk tanda tanya yang begitu besar yang kau berikan padaku. Air sungai di tepi pegunungan terus saja mengalir, demikian akan kubuat hidupku seperti itu.

Harapan biar kutambatkan hanya sebatas pohon mangga, agar dikala aku terjatuh, aku hanya akan terluka dan sembuh pada waktunya. Namun bila alam memihak dan kau mengisi harapanku hingga penuh, akan kubiarkan engkau memanjat dengan mudahnya ke atas pohon mangga ini. Doaku menyertaimu, si penakhluk mata dan hati :)