Thursday, November 28, 2013

Our tears on November, 15 ♥

Waktu itu, hari benar-benar gelap. Pertanda hujan akan mulai turun membasahi bumi. Langit seakan ikut berduka atas keadaanku sekarang. Apalagi yang lebih buruk kecuali dimusuhi oleh sahabat sendiri ? Sahabat yang selama ini begitu sabar menghadapi sikap burukku.  
Tak ada yg lebih bahaya kecuali Marahnya orang sabar, Kecewanya orang setia dan Murkanya orang yg suka tertawa.
Mungkin begitulah yang aku alami sekarang.

Caca, ya itulah namanya. Sahabat yang bisa dibilang sahabat yang paling dekat denganku sejak masuk SMP ini. Sahabat yang selalu sabar menghadapi sikapku yang mungkin terlalu kekanak-kanakan dan terlalu semena-mena.
Yakinlah, tak ada yang lebih buruk lagi selain dimusuhi oleh Caca!
*
Waktu itu, 11 November 2013 hari pertama aku dijauhi oleh Caca.
Hari sudah larut malam, ketika hujan mulai membasahi bumi, ku lihat ponselku yang biasa berdenting tanda bbm masuk. Saat itu aku baru saja mengirimkan pesan lewat bbm kepada Caca yang menanyakan ada apa dengannya, mengapa sekarang ia menjauhi kami ? 
Iya, Caca menjauhi kami, bukan hanya aku tetapi juga 2 sahabatku yang lain, There dan Linda. Hari pertama waktu kami dijauhi, kami benar-benar tidak mengerti apa kesalahan kami yang membuat Caca menjauhi kami. 
Pasrah akan keadaan, aku berjanji besok aku akan mencari tahu kesalahanku dengan Caca, ujarku dalam hati menutup mataku memasuki alam mimpi.



*
Ku buka mataku, pagi yang cerah pikirku.
Sembari melipat selimut pink ku, aku melirik ke arah ponselku. Siapa tahu pesan semalam di balas oleh Caca. Tapi kenyataannya? Kosong. 
Sedikit kecewa, aku bangkit dari kasurku, menyambar handuk dan bergegas mandi.
Hari itu hari Selasa, hari yang cukup baik pikirku. Yah, entah mengapa aku cukup menyukai hari Selasa, mungkin karena pelajaran di sekolah hari itu cukup menyenangkan bagiku. Semoga saja suasana hati Caca sedang baik hari ini, sehingga ia melupakan masalah yang entah apa masalahnya itu dan berbaikan dengan kami.

Seusai mandi dan berbenah sedikit, aku menaiki motor yang siap mengantarku pergi ke sekolah. Papa yang akan mengantarku pagi ini. "Riri pergi maa,"
"iya hati-hati yaa, pulang sekolah langsung pulang, jangan nongkrong dulu" ujar mama, yang hanya ku balas dengan lambaian tangan karena motor telah melaju melewati gerbang rumah. Aku memang suka nongkrong seusai sekolah, biasanya bersama Caca, There, Linda dan Sinta, sahabatku yang lain. Tetapi bagaimana mau nongkrong bersama atau sekedar pulang bersama kalau keadaannya seperti ini? 
Aku harap tidak lama lagi kami bisa pulang bersama lagi, yang mana artinya kami tidak bermusuhan lagi :'')
Sampai di sekolah, setelah meletakkan tas dan merapikan baju sebentar, aku keluar dari ruang kelas Fisika dan melihat sekeliling. 
Tek! Aku melihat Caca, sedang berjalan beriringan dengan teman sekelasnya yang memang juga dekat dengannya. Aku berusaha sedapat mungkin agar Caca menoleh ke arah ku, tapi sepertinya dia sudah tau kehadiranku, makanya dengan sigap ia memalingkan mukanya dari arahku. Oh Tuhan, sebegitu bencinya dia padaku? Hufft :(



Bel tanda masuk sekolah berbunyi, aku memulai pelajaran dengan sangat tidak bertenaga. Karena pagi-pagi saja aku sudah mendapati pemandangan layaknya pacarku sedang berselingkuh, padahal hanya sahabatku-yang-sedang-berjalan-dengan-teman-lain. Entahlah, aku baru benar merasa kehilangan seorang sahabat yang begitu penting setelah selama ini ia bersabar menghadapiku.
Pelajaran kedua, istirahat, pelajaran ketiga, istirahat, pelajaran terakhir dan kemudia bel pulang berbunyi. Biasanya saat istirahat aku berjalan bersama Caca dan There, entah itu ke kantin atau hanya sekedar berkeliling mengitari lapangan basket, dan biasanya ketika pulang kami ber 5 pulang bersama. Tapi kali ini beda, semuanya terasa beda. 
Kapan semuanya akan kembali seperti sedia kala? ungkapku dalam hati sambil menaiki salah satu ojek di depan sekolahku dan pulang menuju rumahku, sendirian :""

Sesampai dirumah setelah bersih-bersih sedikit, aku menghempaskan tubuhku ke kasurku. Aku malas makan siang, aku ingin istirahat. Hari ini aku terlalu letih..
Mataku pun terpejam dan memasuki alam mimpi.

* 14.00
Aku terbangun, mendengar suara dentingan dari ponselku tanda bbm masuk. 
Biasanya jam segitu, Caca akan mengirimkan pesan lewat bbm kepadaku menanyakan tentang ekskul nanti sore. Ya, selasa sore biasanya aku mengikuti ekskul di sekolah, begitu juga dengan 4 sahabatku yang lain. Tapi saat itu, pesan yang masuk hanyalah broadcast tidak penting dari temanku.


Akhirnya aku memutuskan bangkit dari kasur, dan segera makan siang, karena sebentar lagi aku harus bersiap-siap pergi ekskul. 

 *
Di sekolah. . .
Ekskul di mulai.
Ketika ekskul semua terasa biasa saja. Bedanya hanya respon dari Caca ketika aku berusaha mengajaknya berbicara. "Ca, kertas buat kasih mereka nilai nih, hehe" ujarku seraya memberi kertas pada Caca. "Hem" hanya itu yang keluar dari bibir manisnya itu. Oh Tuhan, sabar-sabar, dia itu sahabatku yang paling aku sayang. Harus sebisa mungkin menahan . . 

Saat ekskul aku melihat setiap tingkah laku Caca, bisa di bilang aku mengawasi. Dari pengawasan abal-abal ku itu, aku mendapati bahwa 'sepertinya' Caca menceritakan semua masalahnya ini kepada Yita dan Linda, namun Yita dan Sinta enggan menceritakan kepada kami apa masalahnya.
Tapi setidaknya aku tahu, kepada siapa aku harus bertanya, memaksa, dan memohon untuk diberi penjelasan atas masalah ini.


Pulang ekskul setelah mandi, menyusun buku, dan makan malam.
Aku mencoba mengirim pesan lewat Direct Message kepada Yita.
"Yit, Caca ada cerita apa sama kamu tentang kami?"
"Cerita apa? Ga ada cerita apa-apa tuh"
Aku tahu bahwa Yita pasti bohong, aku tahu Yita tau semua permasalahannya.
Aku pun mendesaknya, "Yit, tolong deh cerita aja sama aku, aku tahu kamu tahu kan masalahnya? Emang kamu mau ya Yit ngeliat Asylum bubar?" 
Asylum adalah nama kelompok persahabatan kami. Kami telah bersahabat sejak 11 Juli 2011 yang lalu sampai sekarang. Tapi sepertinya Asylum 'kembali' berada diambang kehancuran sejak insiden dengan Linda dulu (yaa, kami dulu pernah mengalami situasi seperti ini, bedanya dengan Sinta, bukan Caca). 
Setelah di desak beberapa kali, akhirnya Yita memberi petunjuk.
Yita mengatakan bahwa "Pikir deh Ri, pernah ga kamu berbagi rahasia dengan Caca? Pernah ga kamu cerita sesuatu yang penting hanya dengan Caca?"
Saat itu aku tersadar, benarkah Caca marah padaku karena aku tidak pernah berbagi rahasia dengannya? Aku pun semakin bingung.
Bukan tidak mau berbagi rahasia, tapi, rahasia apa yang harus aku bagikan dengannya? Dengan kata lain, tidak ada yang aku tutup-tutupi darinya.
Sesegera Yita membalas seperti itu, aku pun membalas "Oke deh Yit, thanks aja buat petunjuknya, aku bakalan berusaha minta maaf sama dia"

Hari itu aku dapet petunjuk bahwa kemungkinan besar masalahnya karena aku tidak pernah berbagi rahasia. Hari semakin larut, aku memutuskan untuk memikirkannya lagi esok hari..


Keesokan harinya semua makin jelas, tetapi aku masih saja tidak berani untuk berhadapan langsung dengannya untuk minta maaf. Begitu juga esok dan keesokannya lagi.
Sampai pada 15 November 2013, hari yang bersejarah, bukan hanya untuk kami, Asylum, tapi juga untuk anak-anak IX D dan Aotys. 

15 November 2013.
Hari itu hari Jumat, sudah 5 hari pasca masalah kami dengan Caca. Padahal banyak yang bilang bahwa bermusuhan itu ga boleh lebih dari 3 hari. Lah kami? Udah 5 hari. Apa benar-benar kami harus bubar? Tuhan berkata lain:")

Hari itu aku pergi sekolah seperti biasa, dan hari itu aku dan Caca masih tak mau saling bertatap muka. Tapi petunjuk yang kudapatkan hari itu sudah cukup membuktikan bahwa aku memang bersalah, hanya tinggal mengumpulkan keberanian untuk meminta maaf kepada Caca, tapi tetap saja tidak berani. 
Pelajaran pertama, kedua, ketiga sampai keempat aku lalui begitu saja. Begitu juga dengan pembinaan dari wali kelas, hanya ku ikuti sekadarnya saja.
Hari Jumat seharusnya aku mengikuti pendalaman iman agama Katholik di sekolah, tetapi berhubung guru pembimbingnya sedang tidak di tempat, bimbingan di liburkan.
Aku pun pulang cepat. 
Masih sama seperti kemarin-kemarin, aku pulang sendirian. 
Saat itu aku sudah benar-benar letih untuk bermusuhan dengan Caca, ingin aku bercerita pada semua orang tentang masalah ini dan menumpahkan air mata pertanda betapa letihnya aku akan masalah ini. Tapi apa daya aku hanya bisa bercerita dengan There dan Linda, tidak lebih.

Pulang ke rumah, aku makan siang dan memberanikan diri untuk mengirimkan pesan kepada Caca untuk menanyakan apakah ia les matematika atau tidak sore ini?
"Ca, les matematika hari ini datang kan?" Send.
"Y" balas Caca. Thanks caa udah bales, walaupun nyesek mampus di bales kayak gitu. 
Hari itu kami memang ada les matematika di sekolah, bedanya kami hanya ber4, Sinta ikut les matematika 13.30, kami yang 14.30.

Aku pun pergi les dan ketika sampai disekolah aku melihat sudah ada Linda dan Caca duduk berdua di bawah pohon dekat kantin. "Hai" kusapa mereka dengan wajah yang kubuat seceria mungkin. "Hai" jawab Linda. Yang menjawab hanya Linda, sedangkan Caca? Ia memalingkan muka tanda tak ingin melihat kehadiranku. Jujur, saat itu juga aku ingin sekali meneteskan air mata, tetapi aku tahan.

Kami pun mengikuti les, dan selesai sekitar pukul 15.30. Saat itu masih banyak yang belum pulang, masih ada Yita, Aotys (5 orang temen yang buat nama kelompok juga), Iqbal, Ferdi, Felis, dan masih banyak lagi. Maka, karena masih ramai, aku, There, dan Linda memutuskan untuk tinggal sejenak di sekolah berkumpul atau bisa dibilang nongkrong bersama mereka-mereka. Begitu pula Sinta dan Caca juga ikut kumpul.

Kejadian pertama hari itu adalah kisah Chintya dan Aldo yang baru saja jadian siang tadi. Dan ternyata eh ternyata kisah bahagia itu berlanjut lagi saat sore hari, dimana Ana (salah satu anggota kelompok Aotys) balikan lagi dengan Iqbal disaksikan oleh kami semua, romantis yaa :) Sayangnya saat itu, suasana hatiku belum baik banget akibat masalah dengan Caca.. Tapi tak terduga semua masalah bisa selesai hari itu juga. . .

Ceritanya seperti ini...
Selesai insiden tembak-menembak Ana dan Iqbal, kami kembali nongkrong bareng lagi tetapi saat itu aku hanya bergabung dengan Ana, Linda, dan There. Nah disitulah aku mulai bercerita dengan Ana mengenai masalahku dengan Caca, karena kebetulan Ana juga sekelas dengan Caca jadi mungkin Caca ada cerita juga tentang masalah ini kepada Ana.
Aku mulai bercerita panjang dan lebar, sampai tak terduga aku bercerita sambil meneteskan air mata. Aku memang rentan menangis, apalagi masalah ini. Aku benar-benar sudah pengen nangis sejak awal bermusuhan dan semuanya tumpah hari itu. Ternyata, ketika aku menangis, Caca melihatnya. Tapi yah dia pura-pura tidak tahu, dan tetap menjauhiku. Waktu pun udah menunjukkan pukul 16.15. Saat itu Caca udah di jemput dan saat itu juga dia menawarkan aku untuk pulang bareng, tapi karena masih ada rasa yang mengganjal di hati, aku menolak tawaran itu.
"Kenapa ga pulang bareng sih?" ujar Ana, seolah-olah tidak mengetahui apa masalahnya.
"Beneran nih Ri, ga mau ikut?" ujar Sinta, yang memang pulangnya barengan sama Caca.
Aku hanya menggeleng sambil menunduk menahan air mata yang pasti akan menetes sebentar lagi. 
Setelah penolakan tawaran itu, aku melihat Yita, Sinta, dan Caca pergi menjauh untuk pulang. Tapi tak terduga, mereka malah berhenti di bawah tiang bendera dan kelihatan mereka sedang membicarakan sesuatu.
Dan lebih tak terduga lagi, mereka bertiga kembali mendatangi kami, dan duduk bersama.
Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan saat itu, kecuali menangis.
Seketika aku mulai menangis, saat itu juga Caca mulai menangis. Aku merasa bahwa ia juga merasa begitu lelah akan masalah ini, dan aku merasa bahwa hari itu, sore itu juga masalah akan diselesaikan, entah dengan berbaikan atau malah kami harus bubar.
Yita pun memulai pembicaraan "Oke, sekarang jangan nangis dulu, lebih baik masalah ini kita selesaiin" dengan nadanya bak seorang pemimpin, "Riri mulai duluan" lanjutnya.

Aku pun memulai "Ca, pertama kali kamu ngejauhi aku, aku benar-benar ga tahu apa salah aku. Tapi waktu itu, Yita pernah cerita sama aku kalau kamu marah gara-gara aku yang ga pernah cerita rahasia apapun sama kamu" aku berhenti sebentar, menahan tangisan. Aku melihat Sinta, Linda, There, dan Caca juga sudah ikut menangis. Aku pun melanjutkan "tapi sebenarnya bukan tidak mau cerita, tapi memang ga ada rahasia apapun yang aku sembunyiin dari kamu"
Caca kemudian membalas dengan suara yang sudah berubah banget karena menahan tangisan "Aku bukan marah karena itu, tapi aku marah karena kamu terlalu mencampuri urusan aku dengan pacarku. Ri, jujur kamu bisa buka twitter pacarku kan?"
Mendengar jawaban itu, aku benar-benar tidak menduga. Benarkah Caca marah kepadaku hanya karena pacarnya? Benarkah ia rela bermusuhan denganku karena pacarnya?
Aku pun menjawab "Kalau masalah twitter pacarmu itu, aku benar-benar ga tau caa, kalau waktu itu akun dia ada di gadget aku, itu aku benar-benar ga tau" ujarku.
Yita pun buka suara "Jadi, Caca marah sama Riri karena Riri bisa tahu semua privasi antara Caca dengan pacarnya. Sedangkan privasi Riri sendiri, Caca ga pernah boleh tahu. Gitu kan ca?" Caca mengangguk.
"Iya ca, aku tahu kalau aku salah, seharusnya memang aku ga boleh tahu soal privasi kalian. Jadi sekarang aku harus kayak gimana? 5 hari dimusuhi sama kamu itu bukan bentar Ca. Kamu itu biasanya sabar sama aku, kamu itu ga pernah marah sama aku, tapi sekali ini kamu musuhi aku kayak gini, itu bener-bener ngebuat aku down ca. Tiap malem pengen rasanya nge-sms kamu, skype bareng lagi sm kamu, telponan bareng lagi, tapi 5 hari ini semuanya udah ga bisa lagi ca. Apalagi ngeliat kamu begitu bencinya ngeliat aku, itu rasanya...." perkataanku terhenti, air mata ini sudah tumpah membasahi rok putih ku. Begitu juga dengan Caca, matanya memerah, tisu yang dipegangnya pun sudah kucel penuh dengan air mata Caca. Tapi aku lega, semua yang aku rasakan sudah aku ungkapkan semua, tinggal menunggu jawaban dari Caca.
"Jangan diulangi lagi aja ya Ri" ujar Caca mengakhiri masalah itu.
Saat itu juga aku bangkit dan memeluk Caca, air mata tumpah lagi sembari aku memeluk sahabatku yang paling aku sayang itu. "Maafin aku Ca"
"Maafin aku juga Ri" sembari aku memeluk Caca, dari belakang Linda, There, dan Sinta memeluk kami. Kami pun berpelukan berlima layaknya Telethubies kelebihan 1 anggota.
Tapi aku benar-benar lega saat itu.
Our tears on November, 15♥ 
I only hope that this will not happen again. I love you, Asylum♥♥♥♥♥♥


 


No comments:

Post a Comment